Keputusan Taylor Swift untuk tampil secara eksklusif di Singapura untuk Eras Tour mendatang telah membuat jutaan fans kecewa di Asia Tenggara yang tidak dapat melihat langsung idola mereka. Sementara beberapa penggemar mengaitkan pengecualian ini dengan infrastruktur hiburan yang buruk dan konservatisme agama di negara masing-masing, alasan di balik pilihan Swift beragam.
Fans di Filipina, di mana Swift menikmati popularitas besar, mengungkapkan kesedihan atas kepergiannya dari negara mereka. Tidak adanya stadion yang cocok yang mampu mengakomodasi Eras Tour. Dan juga kurangnya dukungan pemerintah untuk konser berskala besar adalah salah satu alasan Swift melewati Filipina. Namun, para ahli berpendapat bahwa masalahnya mungkin lebih kompleks. Melibatkan tantangan logistik dan kebutuhan akan peraturan dan tempat yang lebih baik untuk menjadi tuan rumah seniman internasional.
Di negara tetangga Indonesia dan Malaysia, di mana infrastruktur bukanlah halangan, penggemar percaya birokrasi, konservatisme politik, dan kepekaan agama telah menghalangi artis internasional. Birokrasi Malaysia yang ketat untuk mendapatkan izin konser dan kekhawatiran tentang pembatalan di menit-menit terakhir. Karena tekanan politik dan keberatan agama dianggap sebagai penghalang. Seruan baru-baru ini oleh partai Islam Malaysia untuk membatalkan konser Coldplay karena dukungan band untuk hak-hak LGBTQ menyoroti tantangan yang dihadapi artis internasional di wilayah tersebut.
Fans Kecewa
Di Indonesia, ketidakhadiran Swift dipandang sebagai indikasi perjuangan negara tersebut untuk menarik acara global dan artis terkenal. Meskipun merupakan ekonomi terbesar dan negara terpadat di kawasan ini. Isu-isu seperti maraknya calo tiket, angkutan umum yang tidak memadai, praktik crowd management yang cacat, dan ancaman dari kelompok garis keras. Ini membuat pementasan pertunjukan di Indonesia kurang menarik bagi artis-artis besar. Contoh seperti konser Lady Gaga yang dibatalkan di Jakarta pada tahun 2012 karena protes keagamaan. Dan Indonesia yang kehilangan hak tuan rumah Piala Dunia U-20 FIFA karena komplikasi terkait partisipasi Israel semakin berkontribusi pada tantangan yang dihadapi oleh penyelenggara acara.
Menyadari peluang yang terlewatkan, pejabat Indonesia menyatakan komitmen untuk meningkatkan kolaborasi dengan seniman global dan penyelenggara acara. Upaya sedang dilakukan untuk mengatasi masalah seperti scalping. Juga kelestarian lingkungan, dan kesetaraan gender untuk menarik wisata ke negara tersebut dan memastikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
Para penggemar di Asia Tenggara mengungkapkan kekecewaannya karena melewatkan tur konser Taylor Swift. Alasan di balik pemilihan tempat tersebut melampaui infrastruktur hiburan dan konservatisme agama. Kompleksitas logistik, regulasi, iklim politik, dan faktor sosial memengaruhi proses pengambilan keputusan bagi artis dan penyelenggara acara. Menciptakan tantangan untuk menyelenggarakan konser internasional di wilayah tersebut.